Kamis, 10 Januari 2013

Density Independency Terkait dengan Pola Rekrutmen dalam Biologi Perikanan


1. Faktor-faktor pembatas populasi
Density- Independen factor merupakan faktor-faktor pembatas populasi yang efeknya tidak tergantung pada jumlah individu terhadap suatu populasi. Faktor-faktor didalamnya ada abiotik dan juga termasuk fenomena alam seperti peristiwa cuaca. Peristiwa cuaca yang membatasi populasi termasuk kekeringan atau banjir, panas atau dingin yang ekstrim, tornado, badai dan gempa bumi, yang akan membunuh semua anggota populasi terlepas dari apakah populasi kecil atau besar.

2. Penambahan individu
Rekrutmen merupakan penambahan individu dalam suatu populasi. Rekrutmen bersifat positif atau menambah jumlah stok. Rekrutmen akan menambah jumlah dan biomassa suatu populasi. Rekrutmen berasal dari kelahiran (natalitas). Rekrutmen juga dimungkinkan dengan datangnya atau masuknya individu sejenis yang berasal dari daerah lain, misalnya pada ikan–ikan peruaya. Secara buatan (campur tangan manusia), rekrutmen dilakukan dengan penebaran benih ke suatu daerah perairan (restocking) yang telah mengalami kekurangan stok suatu jenis ikan.

3. Hubungan Density- Independen Factor dengan Rekrutmen dalam Biologi Perikanan
Saya dapat menyimpulkan dari dua pernyataan diatas bahwa semakin seringnya terjadi Density- Independen Factor di dalam perairan akan mengakibatkan berkurangnya suatu populasi organisme akuatik secara perlahan dalam skala kecil maupun besar, berkurangnya populasi ini secara langsung akan berdampak negatif pada proses rekrutmen yang sedang terjadi di wilayah perairan tersebut. Jadi, dapat dikatakan bahwa Hubungan Density- Independen Factor dengan Rekrutmen saling berlawanan. Density- Independen Factor mengurangi jumlah individu dari suatu populasi sedangkan Rekrutmen menambahkan jumlah individu ke suatu populasi.
Perubahan iklim akan memberikan tekanan pada lingkungan perairan yang mengakibatkan perubahan kemampuan produktivitas, kualitas dan kuantitas air. Seluruh ekosistem terpengaruh oleh perubahan iklim. ekosistem akuatik merupakan ekosistem terancam spesiesnya akibat perubahan iklim. Banyak lahan basah, yang kaya akan keanekaragaman hayati, mengalami perubahan curah hujan sehingga mengganggu hidrologi lahan basah tersebut, akibatnya akan semakin mempercepat kerusakan yang telah terjadi.
Maka untuk menghindari kepunahan dari suatu populasi akibat terjadinya faktor-faktor Density-independen tadi, dapat ditempuh dengan jalan Rekrutmen jangka panjang. kedua sistem tersebut memang saling berlawanan tetapi juga dapat saling melengkapi jika kita memiliki pola pikir yang tepat demi menjaga kelestarian biota perairan.

Sumber:

Pola Natalitas Kepiting Bakau ( Scylla serrata )



           Kepiting betina yang sudah kawin dan memijah (melepaskan telur-telurnya), telur lalu dibuahi (fertilisasi oleh sperma yang sudah disimpan ketika perkawinan terjadi. Telur yang sudah terfertilisasi tidak dilepaskan kedalam air melainkan segera menempel pada rambut-rambut yang terdapat pada umbai-umbai di bagian bawah
abdomen untuk “dierami” selama 20 - 23 hari sampai menetas tergantung tingginya suhu air.
Setelah fertilisasi telur akan berwarna orens. beberapa hari kemudian telur berubah warna menjadi kelabu. setelah itu telur akan berubah warna menjadi coklat kehitaman hingga menetas dan proses penetasan telur lamanya 3-5 jam.
Setelah itu, induk kepiting betina berimigrasi ke pantai sambil membawa telur-telur terbuahi yang dilekatkan di pleopod dan akan menetas dalam beberapa minggu. Setelah telur menetas di perairan laut, masuk pada stadia larva tingkat I (zoea I) yang akan terus berganti kulit (moulting), kemudian terbawa arus ke perairan pantai hingga mencapai stadia zoea V (pascalarva), kurang lebih 18 hari. Selanjutnya stadia zoea V akan mengalami pergantian kulit menjadi megalopa (11-12 hari), yang bentuk tubuhnya sudah mirip dengan kepiting dewasa, kecuali masih memiliki bagian ekor. Kemudian memasuki stadia juvenil yang disebut juga stadia kepiting muda, karena sudah berbentuk kepiting dengan organ tubuhnya yang lengkap.
Dari tingkat megalopa ke kepiting muda memerlukan waktu sekitar 15 hari. Kepiting bakau muda akan bermigrasi kembali ke hulu estuari, kemudian berangsur-angsur memasuki hutan mangrove, hingga berkembang menjadi kepiting bakau dewasa, dalam pertumbuhannya kepiting dewasa melakukan pergantian kulit (moulting) sebanyak 17-20 kali bergantung pada kondisi lingkungan dan ketersedian makanan. Kepiting mampu bertahan hidup selama 2-3 tahun. Lebih jelasnya siklus hidup kepiting bakau disajikan pada gambar di bawah ini.




Sumber: